“Adab dalam Ibadah: Ketika Irama Mengalihkan Tujuan”

Bagikan Keteman :


Islam adalah agama yang sangat cerdas—penuh rahmat, tapi juga penuh batasan. Setiap larangan dan perintah dalam Islam bukanlah bentuk kekangan, tapi tanda cinta dari Tuhan yang Maha Tahu akan sifat dasar manusia: mudah terlena.

Manusia memang diciptakan dengan kecintaan terhadap keindahan, termasuk dalam hal irama dan musik. Tapi di sinilah letak ujian itu: sesuatu yang menyenangkan belum tentu menyelamatkan. Sesuatu yang menghibur belum tentu menghidupkan ruhani.

Hati-hati dengan Irama yang Membungkus Kelalaian

Saat ini kita menyaksikan banyak ekspresi agama dikemas dalam bentuk yang lebih ringan—lagu religi, sholawat berirama, bahkan doa yang dilantunkan seperti konser. Sekilas tampak indah. Namun, mari jujur dan bertanya dalam hati: Apakah itu benar-benar ibadah, atau hanya hiburan yang berbalut keagamaan?

Jika irama itu membuat kita:

  • Lupa adab,
  • Lupa khusyu’,
  • Lupa tujuan doa,
  • Bahkan berjoget dan tertawa di tengah lantunan yang seharusnya khidmat…

Maka kita sedang mengaburkan batas antara ibadah dan kelalaian.

Berdoa atau Berpesta? Di Mana Hati Kita?

Coba renungkan: mungkinkah seseorang sedang berdialog dengan Tuhannya, tapi tubuhnya bergoyang liar, tangan terangkat-angkat, mata tertutup karena larut dalam nada, bukan karena khusyu’, tapi karena asyik dengan iramanya?

Ini bukan bentuk kekhusyukan, tapi bentuk kehilangan arah.

Adakah orang yang berdzikir sambil berjoget memalukan, lalu mengaku sedang mendekat pada Allah? Jika iya, maka itu pertanda kita mulai tertipu oleh rasa nyaman, bukan tertuntun oleh rasa iman.

Islam Melindungi Kita dari Kelalaian yang Dibungkus Agama

Inilah mengapa Islam memberi rambu-rambu tegas. Segala sesuatu yang berpotensi membuat seseorang lalai dari dzikir, adab, dan kesadaran ibadah—meskipun dikemas secara “religi”—akan dilarang. Bukan karena seni itu haram, tetapi karena keselamatan hati lebih utama dari keindahan suara.

Rasulullah SAW pun telah mengajarkan, bahwa doa dan dzikir adalah tempatnya ketundukan, penghormatan, dan kehadiran hati. Maka tak pantas jika ia berubah menjadi ajang tarian, candaan, apalagi pertunjukan.

Jangan Halalkan Segalanya Demi Hiburan

Fenomena hari ini mengkhawatirkan: banyak yang menghalalkan bentuk hiburan tertentu hanya karena memakai label Islami. Padahal jika isinya melalaikan, maka ia tetap lalai, meskipun disisipi kalimat dzikir.

Islam bukan agama simbol. Ia agama makna dan kesungguhan. Kita tidak dinilai dari seberapa keras kita bernyanyi atau seberapa sering kita menyebut nama Allah dalam lirik, tetapi seberapa hadir hati kita saat menyebut-Nya.

Motivasi untuk Kita Semua: Jaga Adab, Jaga Hati

Saudaraku,
Indahnya agama ini adalah karena ia memuliakan manusia. Tapi kemuliaan itu hanya akan terus tumbuh jika kita menjaga adab dalam beribadah. Adab adalah pintu kekhusyuan. Adab adalah pengawal niat. Dan adab adalah wujud cinta sejati kepada Allah.

Jangan biarkan irama menggeser arah.
Jangan biarkan goyangan tubuh memadamkan getaran hati.
Jangan biarkan suara yang merdu menutupi suara hati yang mulai sepi dari makna.

Karena berdoa bukan soal lantunan suara, tapi tentang kehadiran jiwa.
Dan iman bukan soal ekspresi luar, tapi tentang getaran batin yang terhubung dengan Tuhan.


Jika Anda merasa tersentuh oleh tulisan ini, maka itu pertanda hati Anda masih hidup dan ingin lebih dekat kepada Allah. Mari terus jaga niat, jaga adab, dan jaga arah. Islam terlalu agung untuk dibelokkan oleh kesenangan sesaat.


By: Andik Irawan

Related posts

Leave a Comment